My Blog

Logo Design by FlamingText.com
Logo Design by FlamingText.com

Minggu, 03 Januari 2016

PENGARUH STEREOTYPE & PREJUDICE TERHADAP ETIKA BISNIS

A.      STEREOTIP DALAM ETIKA KOMUNIKASI
Stereotip adalah kepercayaan publik yang diselenggarakan umum tentang kelompok sosial tertentu atau jenis individu. Konsep "stereotipe" dan " prasangka "sering bingung dengan banyak arti yang berbeda lainnya. Stereotip yang dibakukan dan konsep-konsep yang disederhanakan dari kelompok berdasarkan beberapa asumsi sebelumnya. Secara umum, stereotip tidak didasarkan pada kebenaran obyektif melainkan subjektif dan kadang-kadang kandungan bahan-diverifikasi.
Stereotipe merupakan pendapat atau gambaran mengenai orang-orang dari kelompok tertentu, dimana pendapat tersebut hanya didasarkan bahwa orang-orang tersebut termasuk dalam kelompok tertentu tersebut. Kelompok ini mencakup kelompok ras, kelompok etnik, kaum tua, berbagai pekerjaan profesi, atau orang dengan penampilan fisik tertentu. Stereotipe kadang-kadang dijadikan alasan untuk melakukan tindakan diskriminatif terhadap kelompok lain.
Tidak sedikt orang menjadikan stereotipe sebagai alasan untuk mengucilkan kelompok lain berarti orang tersebut tidak menganggap bahwa manusia memiliki keunikan yang bermacam- macam.
Beberapa poin penting dari definisi stereotip di atas antara lain penilaian yang bersifat subjektif dan dapat berupa kesan positif maupun negatif. Walaupun lebih cenderung negatif.
Stereotip biasanya muncul pada orang-orang yang tidak mengenal sungguh-sungguh orang/kelompok lain. Apabila kita menjadi akrab dengan etnis bersangkutan maka stereotip tehadap orang/kelompok itu biasanya akan menghilang.

Apa yang meyebabkan stereotip itu terjadi ? Louis Alvin Day (2006):
1)      Manusia ingin secara cepat/instan untuk menyelesaikan persoalannya. Terutama masalah-masalah yang bersifat praktis. (termasuk bisnis & berita).
2)      Manusia punya keterbatasan untuk memahami semua hal dalam jangka waktu yang cepat. Sehingga berita/informasi yang didapat seseorang menjadi semacam testimoni/pembuktian.
3)      Manusia cenderung menggunakan ‘second opinion’ untuk menyampaikan sebuah kebenaran.
4)      Manusia punya kepentingan, intens (niat) untuk dapat eksis dalam sebuah entitas budaya.

Edward hall & Samovar :
Ada 3 hal yang dapat menghalangi munculnya persoalan stereotip :
1)      Deontologi, (Immanuel Kant) ; Agama, Filsafat, yang bertujuan mencapai kebenaran.
Sebuah cara ortodoks manusia untuk memahami kehidupan sosial kembali kepada agama (keshalehan individual).
2)      Teleologis ; konsep-konsep kearifan lokal
Menekankan pada konsekuensi dari sebuah keputusan, dan cara ini tidak melihat motif penyampaian pesan. Bukan hanya semata-mata dorongan moral (deontologis) tetapi manusia dipandang sebagai pemegang otoritas moral sekalipun ia tidak beragama dan tidak mempunyai filsafat.
3)      Pendekatan Golden Mean, dalam hal ini seseorang harus menilai internal dirinya sama bagusnya dengan menilai orang lain. Ada keseimbangan antara individu secara internal & individu lain secara eksternal yang sifatnya sejajar (egaliter). Sehingga tidak memunculkan etika ekslusif.
4)      Media literacy, suatu konsep yang dapat memilih secara cerdas pesan-pesan komunikasi & menularkan hal-hal yang baik pada orang lain.

A.      PREJUDICE
Menurut Worchel dan kawan-kawan (2000), pengertian prasangka (prejudice) dibatasi sebagai sifat negatif yang tidak dapat dibenarkan terhadap suatu kelompok dan  individu anggotanya. Prasangka atau prasangka sosial merupakan perilaku negatif yang  mengarahkan kelompok pada individualis berdasarkan  pada keterbatasan atau kesalahan informasi tentang kelompok. Prasangka juga dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang bersifat emosional, yang akan  mudah sekali menjadi motivator munculnya ledakan sosial.

Perbedaan Stereotipe dan Prasangka
Stereotip merupakan bentuk tipe kognitif dari prasangka, sehingga pengertian antara prasangka dan stereotip sering dikaburkan. Stereotip mempunyai beberapa karakteristik pokok yang membedakannya dengan prasangka, antara lain:
-          Stereotip didasarkan pada penafsiran yang kita hasilkan atas dasar cara pandang dan latar belakang budaya kita. Stereotip juga dihasilkan dari komunikasi kita dengan pihak-pihak lain, bukan dari sumbernya langsung. Karenanya interpretasi kita mungkin salah, didasarkan atas fakta yang keliru atau tanpa dasar fakta kelompok tersebut.
-          Stereotip seringkali diasosiasikan dengan karakteristik yang bisa diidentifikasi. Ciri-ciri yang kita identifikasi seringkali kita seleksi tanpa alasan apapun. Artinya bisa saja kita dengan begitu saja mengakui suatu ciri tertentu dan mengabaikan ciri yang lain.
-          Stereotip merupakan generalisasi dari kelompok kepada orang-orang di dalam kelompok tersebut. Generalisasi mengenai sebuah kelompok mungkin memang menerangkan atau sesuai dengan banyak individu dalam suatu kelompok

Contoh dari Prejudice
Misalnya kita menganggap setiap orang pada suku tertentu itu malas, pelit , dan lain nya.
Sedangkan contoh dari Stereotype
Ketika kita sudah beranggapan begitu pada suatu suku , maka kita tidak akan menempatkan dia pada suatu posisi yang kita rasa tidak cocok.

Stereotype dapat bersifat positif maupun negative, namun kedua nya tetap saja membahayakan Karena 3 hal yaitu :
1)      Stereotype membuat kita untuk tidak memperlakukan seseorang sebagai seorang individu, misal, kita cenderung melihat anggota dari kelompok berdasarkan stereotype kelompok nya
2)      Stereotype membuat kita memiliki ekspektasi yang sempit tentang perilaku, misal, kita hanya akan memprediksi prilakub berdasarkan stereotype kelompok tertentu
3)      Stereotype dapat menyebabkan faulty attribution , dimana attribution theory itu sendiri adalah teori yang menyatakan bahwa orang-orang cenderung mencari penjelasan perilaku orang lain dari perilaku orang itu sendiri
Faulty attribution adalah kita hanya melihat bukti yang mendukung stereotype kita dan menolak segala bukti yang bertolak belakang.

    Automatic prejudice merupakan prejudice yang muncul nya tidak kita sadari , prejudice ini muncul secara otomatis.

Penyebab dari prejudice dan Stereotype adalah sebagai berikut :
-          Realistic conflict , karena adanya persaingan antara satu kelompok dengan kelompok yang lain nya, atau kelompok yang lebih kuat.
-          Us versus them, karena ada kecenderungan manusia untuk membuat 2 kelompok , yaitu kelompok kita danmereka. Kelompok kita disebut “in-group” sedangkan grup yang tersisih disebut “out-group”
-          Social learning, ketika kita mendapatkan tersebut melalu proses belajar dari orang lain.

Combating prejudice , merupakan cara untuk mengurangi prejudice, yaitu :
-          Recognize prejudice,  langkah paling awal, adalah untuk mengakui bahwa prejudice ini memang ada dan kita harus sadar dan mengerti akan konsekuensinya
-          Control automatic prejudice,  sebisa mungkin menolak prejudice yang bersifat negative
-          Increase contact among prejudiced groups, berhubungan, berkomunikasi yang langsung terhadap orang-orang dari kelompok lain, dengan hal ini prejudice akan dapat dikurangi , akan tetapi ada 4 hal yang harus di perhatikan, yaitu :
-          Kedua grup harus mempunyai status yang kurang lebih sama
-          Menganggap seseorang sebagai individu, bukan pengecualian kelompok
-          2 grup yang berinteraksi secarta kooperatif
-          Contact yang dilakukan bersifat informal

B.       ETIKA BISNIS
Etika bisnis merupakan cara untuk melakukan kegiatan bisnis, yang mencakup seluruh aspek yang berkaitan dengan individu, perusahaan dan juga masyarakat. Etika Bisnis dalam suatu perusahaan dapat membentuk nilai, norma dan perilaku karyawan serta pimpinan dalam membangun hubungan yang adil dan sehat dengan pelanggan/mitra kerja, pemegang saham, masyarakat.
Dari pengertian etika bisnis tersebut, di bentuknya dalam sebuah perusahaan agar menjadikan perusahaan tersebut mempunyai nilai-nilai luhur yang mesti di taati untuk meningkatkan kinerja dan menggapai visi perusahaan. Sebuah perusahaan, yakin betul bahwasanya bisnis yang baik dan sukses adalah bisnis yang memiliki sebuah etika, etika bisnis ini dapat menjadi sebuah pedoman karyawan untuk menjalankan pekerjaannya secara profesional, tanggung jawab, jujur, transparan, dan lain-lain.

Sumber :



Tidak ada komentar: